TANJUNG, ST -- NQ Organizer yang kini bermetamorfosa menjadi NQ Manajemen dan baru saja melahirkan EO baru, Tabalong Bina Talenta (TABITA) 29 Mei 2011 lalu bertepatan dengan HUT NQ Organizer yang ke-6, tidak lama lagi bakal kembali menggelar even lain bertema seni budaya khas Banjar.
Pimpinan NQ Manajemen, H Mansyah Ining mengungkapkan hal itu baru-baru tadi. “Tidak lama lagi kami akan menggelar Festival Datu Harung yang semuanya mengetengahkan permainan tradisional khas Banjar,” jelasnya.
Waktu penyelenggaraan menurut H Ining dipilih pasca bulan suci Ramadhan, agar tidak mengganggu kegiatan lain di samping untuk mengambil momen semaraknya suasana lebaran Idul Fitri.1432 H yang tinggal 3 bulan lagi.
Beragam permainan tradisional seperti bagasing, balugu, batiwah, bapidak, dan permainan lainnya akan dipertandingkan dalam ajang tersebut.
“Kami menilai saat ini anak-anak kita telah diracuni dengan game-game yang kurang mendidik, sehingga pikiran mereka tidak lagi kreatif,” ungkap H Ining prihatin sambil menambahkan bahwa diambilnya nama Datu Harung yang salah satu tokoh penting di Tabalong pada masanya itu sebagai simbol tradisi masa lampau yang lebih arif.
Kekhawatiran serupa diungkapkan banyak pihak. Munculnya teknologi canggih dengan segala fasilitas dan kemudahannya menumbuhkan tradisi malas pada masyarakat kita, terutama di kalangan generasi muda, sehingga pikiran mereka menjadi kurang berkembang.
“Di masa lalu saat kami masih anak-anak, jika ingin bermain, alat-alat permainannya harus kita buat sendiri. Andai belum mampu, bisa belajar dengan teman atau orang lain sampai akhirnya kita bisa mandiri,” ungkap Aliansyah, warga Desa Galigur kecamatan Kelua.
Ia menambahkan, lunturnya budaya kita tidak bisa dipungkiri merupakan akibat gencarnya penguasaan teknologi oleh dunia barat yang kemudian dijual kepada kita. Namun begitu menurut Aliansyah, semuanya tetap harus disikapi secara arif.
“Yang jelas, kita pun memerlukan teknologi. Hal penting yang harus kita lakukan adalah terus membentengi anak-anak kita dengan bekal moralitas yang dilandasi ilmu agama, agar tidak mudah terlena oleh kecanggihan teknologi,” ujarnya.
Gebrakan TABITA untuk menggelar Festival Datu Harung tersebut mendapat respon positif dari berbagai kalangan. Mereka mengaku sangat menghargai upaya yang mengarah pada pelestarian seni budaya daerah yang seperti mati suri.
“Kami kira ini suatu usaha yang bagus dan harus kita dukung. Kalangan anak muda harus dikenalkan kembali pada tradisi kita di masa lalu yang menurut saya jauh lebih mendidik ketimbang permainan jaman sekarang. Teknologi bukan segalanya, namun tanpa teknologi pun kita akan tertinggal. Teknologi tak ubahnya pisau yang bermata dua, dimana bisa positif jika dimanfaatkan untuk hal-hal yang berguna. Namun bisa juga negatif kalau digunakan untuk hal-hal yang keliru,” ujar Bambang Rukmana, Ketua Dewan Kesenian Daerah Tabalong.
Kompetisi permainan tradisional tersebut nantinya diharapkan dapat menjadi momen penting bagi kebangkitan kembali khazanah budaya budaya lokal, yang lebih memberi arti bagi pendidikan moral dan kemajuan pembangunan non fisik sebagai dasar pembangunan manusia yang santun dan berbudi di Bumi Sarabakawa.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Blog Indahnya Berbagi
0 komentar:
Posting Komentar