Tanjung – Meskipun lebih belakangan dibanding wilayah lain, PT PLN Cabang Barabai Ranting Tanjung telah pula menerapkan sistem pembayaran online sebagaimana yang telah diberlakukan di di seluruh Indonesia. Sistem manual yang telah lama diterapkan belakangan dinilai memiliki banyak kelemahan dan seiring perkembangan zaman bergeser penggunaannya menjadi sistem online terpadu. PLN Ranting Tanjung dalam hal ini secara resmi bekerjasama dengan PT Solusi Mandari Pratama atau yang lebih dikenal sebagai Smartpayment cabang Banjarmasin.
Sumber di Smartpaymet menyebutkan bahwa untuk wilayah Tabalong saat ini telah dibuka 12 outlet resmi yang tersebar di 12 Kecamatan. “Dengan adanya pembayaran online ini akan mempermudah pelanggan dalam melakukan pembayaran, karena pelunasan bisa dilakukan dimana-mana sekalian dengan dendanya apabila ada pelanggan yang telat membayar. Jadi tidak perlu bolak-balik ke PLN lagi seperti sebelumnya,” ungkapnya. Jumlah outlet diperkirakan akan terus bertambah mengingat Smartpayment bukan satu-satunya pemegang hak pembayaran online yang ada di Indonesia.
Selain melayani pembayaran rekening listrik, dalam waktu dekat Smartpayment juga melayani pembayaran PDAM, Grup Telkom, bahkan pulsa handphone dan lain-lain secara online.
Kemudahan akses pembayaran diakui dan dirasakan oleh sebagian besar pelanggan perusahaan listrik milik negara ini. “Sekarang tidak harus menunggu tanggal 10 untuk bisa membayar, saya dengar dari pengelola outlet, sejak tanggal 2 dalam setiap bulannya data sudah masuk dan pembayaran sudah bisa dilakukan,” ujar seorang warga antusias.
Dalam rangka memberikan pelayanan yang sebaik dan senyaman mungkin, Smartpayment terhitung sejak bulan Pebruari 2011 atau tepat satu bulan sejak diberlakukannya sistem pembayaran online di Tabalong, Smartpayment menyediakan kupon berhadiah kepada seluruh pelanggan yang melakukan transaksi di outlet-outlet mereka yang diundi setiap akhir bulan dan akhir tahun.
Hadiah yang disediakan antara lain telepon seluler, LCD TV hingga Umroh atau liburan ke Singapura bagi pelanggan yang beruntung, dimana satu kupon untuk satu nomor rekening.
Sementara itu beberapa pihak mengatakan bahwa salah satu kendala atau pun kelemahan sistem online adalah rawan gangguan, karena menggunakan tiga basis informasi terpadu, yakni server PLN, server Smartpayment dan jaringan pendukung, baik operator seluler jika memanfaatkan modem HP, maupun jaringan telepon speedy. “Satu saja tidak jalan, maka transaksi otomatis akan terkendala. Belum lagi jika terjadi pemadaman listrik,” ujar seorang warga Tabalong yang enggan identitasnya diungkap.
Namun begitu, sejauh ini dari hasil penelusuran media ini, transaksi umumnya berjalan lancar. Kendala banyak terjadi hanya pada awal-awal sistem ini diterapkan, mengingat SDM yang mengerjakan sebelumnya malah ada yang belum bisa sama sekali mengoperasikan computer. Pemadaman listrik masih bisa teratasi dengan penggunaan genset portable, sementara untuk gangguan jaringan pun relatif masih bisa teratasi dengan memanfaatkan kartu SIM jaringan operator seluler secara bergantian. “Karena sekarang kan banyak pilihan, jika satu operator mengalami gangguan masih bisa menggunakan yang lain,” ujar salah satu pengelola outlet.
Kendala internal lainnya adalah belum tidak adanya tutorial penggunaan program, yang ada hanyalah pembelajaran secara lisan sementara daya ingat serta kemampuan setiap personal berbeda-beda dan tentu terbatas, sehingga pelayanan pada beberapa outlet dirasakan pelanggan sedikit lambat dan kurang nyaman karena harus antre panjang bersama pelanggan lain yang jumlahnya di Tabalong mencapai ribuan orang tersebar di 12 Kecamatan.
Namun begitu pada bulan kedua penerapannya, kendala seperti itu sudah mulai teratasi. Bahkan bagi mereka yang telah memilki rekening, bisa saja melakukan transfer langsung melalui layanan SMS Banking tanpa harus antre.
“Sayangnya layanan PLN online untuk wilayah Kalselteng saat ini belum dapat diakses lagi, sepertinya sedang gangguan, sehingga kita kesulitan untuk mengecek jumlah tagihan bulanan. Mudah-mudahan dalam waktu dekat layanan ini bisa aktif kembali,” harap seorang pelanggan.
Hal lain yang dikeluhkan warga adalah biaya admin baik Bank maupun kantor Pos yang dinilai terlalu tinggi dan dibebankan kepada pelanggan. Bahkan melebihi jumlah fee pengelola outlet. “Seharusnya biaya itu menjadi tanggungjawab PLN, bukan pelanggan, karena kami sendiri selama ini sudah diharuskan membayar biaya beban setiap bulannya” keluh mereka.
Sumber di Smartpaymet menyebutkan bahwa untuk wilayah Tabalong saat ini telah dibuka 12 outlet resmi yang tersebar di 12 Kecamatan. “Dengan adanya pembayaran online ini akan mempermudah pelanggan dalam melakukan pembayaran, karena pelunasan bisa dilakukan dimana-mana sekalian dengan dendanya apabila ada pelanggan yang telat membayar. Jadi tidak perlu bolak-balik ke PLN lagi seperti sebelumnya,” ungkapnya. Jumlah outlet diperkirakan akan terus bertambah mengingat Smartpayment bukan satu-satunya pemegang hak pembayaran online yang ada di Indonesia.
Selain melayani pembayaran rekening listrik, dalam waktu dekat Smartpayment juga melayani pembayaran PDAM, Grup Telkom, bahkan pulsa handphone dan lain-lain secara online.
Kemudahan akses pembayaran diakui dan dirasakan oleh sebagian besar pelanggan perusahaan listrik milik negara ini. “Sekarang tidak harus menunggu tanggal 10 untuk bisa membayar, saya dengar dari pengelola outlet, sejak tanggal 2 dalam setiap bulannya data sudah masuk dan pembayaran sudah bisa dilakukan,” ujar seorang warga antusias.
Dalam rangka memberikan pelayanan yang sebaik dan senyaman mungkin, Smartpayment terhitung sejak bulan Pebruari 2011 atau tepat satu bulan sejak diberlakukannya sistem pembayaran online di Tabalong, Smartpayment menyediakan kupon berhadiah kepada seluruh pelanggan yang melakukan transaksi di outlet-outlet mereka yang diundi setiap akhir bulan dan akhir tahun.
Hadiah yang disediakan antara lain telepon seluler, LCD TV hingga Umroh atau liburan ke Singapura bagi pelanggan yang beruntung, dimana satu kupon untuk satu nomor rekening.
Sementara itu beberapa pihak mengatakan bahwa salah satu kendala atau pun kelemahan sistem online adalah rawan gangguan, karena menggunakan tiga basis informasi terpadu, yakni server PLN, server Smartpayment dan jaringan pendukung, baik operator seluler jika memanfaatkan modem HP, maupun jaringan telepon speedy. “Satu saja tidak jalan, maka transaksi otomatis akan terkendala. Belum lagi jika terjadi pemadaman listrik,” ujar seorang warga Tabalong yang enggan identitasnya diungkap.
Namun begitu, sejauh ini dari hasil penelusuran media ini, transaksi umumnya berjalan lancar. Kendala banyak terjadi hanya pada awal-awal sistem ini diterapkan, mengingat SDM yang mengerjakan sebelumnya malah ada yang belum bisa sama sekali mengoperasikan computer. Pemadaman listrik masih bisa teratasi dengan penggunaan genset portable, sementara untuk gangguan jaringan pun relatif masih bisa teratasi dengan memanfaatkan kartu SIM jaringan operator seluler secara bergantian. “Karena sekarang kan banyak pilihan, jika satu operator mengalami gangguan masih bisa menggunakan yang lain,” ujar salah satu pengelola outlet.
Kendala internal lainnya adalah belum tidak adanya tutorial penggunaan program, yang ada hanyalah pembelajaran secara lisan sementara daya ingat serta kemampuan setiap personal berbeda-beda dan tentu terbatas, sehingga pelayanan pada beberapa outlet dirasakan pelanggan sedikit lambat dan kurang nyaman karena harus antre panjang bersama pelanggan lain yang jumlahnya di Tabalong mencapai ribuan orang tersebar di 12 Kecamatan.
Namun begitu pada bulan kedua penerapannya, kendala seperti itu sudah mulai teratasi. Bahkan bagi mereka yang telah memilki rekening, bisa saja melakukan transfer langsung melalui layanan SMS Banking tanpa harus antre.
“Sayangnya layanan PLN online untuk wilayah Kalselteng saat ini belum dapat diakses lagi, sepertinya sedang gangguan, sehingga kita kesulitan untuk mengecek jumlah tagihan bulanan. Mudah-mudahan dalam waktu dekat layanan ini bisa aktif kembali,” harap seorang pelanggan.
Hal lain yang dikeluhkan warga adalah biaya admin baik Bank maupun kantor Pos yang dinilai terlalu tinggi dan dibebankan kepada pelanggan. Bahkan melebihi jumlah fee pengelola outlet. “Seharusnya biaya itu menjadi tanggungjawab PLN, bukan pelanggan, karena kami sendiri selama ini sudah diharuskan membayar biaya beban setiap bulannya” keluh mereka.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Blog Indahnya Berbagi
0 komentar:
Posting Komentar